Senin, 06 Juli 2009
BLITZ
BERCERMIN KEMBALI PADA CARA MENGAJAR KITA
Banda Aceh, 13 April 2009 ( POTRET).
Sekolah itu penting. Namun, apakah kita yakin bahwa hanya dengan sekolah anak kita akan cukup pintar menyerap berbagai mata pelajaran yang di berikan oleh guru-gurunya di sekolah? Atau pernahkah kita ketahui apa pentingnya mata pelajaran yang di berikan oleh guru di sekolah dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari? Atau pernahkah kita bertanya untuk apa anak kita belajar matematika, biologi, kimia, bahasa, sejarah dan sebagainya?.Tentunya semua orang tua akan berfikir praktis ekonomis saja. Jika anaknya masuk sekolah dan pintar, dia akan bisa bekerja untuk mencari uang sendiri.
Tetapi, nyatanya di Indonesia masih banyak anak yang tamat sekolah, masih belum bisa Matematika, Bahasa Inggris atau bahkan lupa dengan apa yang diperolehnya di sekolah. Hal itu disampaikan oleh Nina Feyruzi yang menjadi fasilitator dalam Training Teaching Methodologies yang diadakan oleh Center for Community Development and Education ( CCDE) bekerja sama dengan Terre de hommes di Banda Aceh, 13-15 April 2009. Acara ini di ikuti oleh guru yang berasal dari beberapa sekolah yang ada di Banda aceh dan Aceh Besar.
Ia menambahkan zaman saat ini murid kita tidak hanya belajar di sekolah. Banyak hal sudah mereka dapatkan melalui alat canggih yang kita sebut internet. Dan terkadang apa yang kita tidak ketahui mereka sudah duluan mengetahuinya. Semua jenis mata pelajaran bisa mereka peroleh melalui media internet, tanpa harus bersusah payah menyerap apa yang disampaikan oleh guru di sekolah. Hati-hati sebagai guru jika tidak bisa internet, ketinggalan informasi sama muridnya. Pernah ada kasus murid yang mengerjai guru dengan melontar pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah mereka ketahui melalui internet. Lalu dapat terbayangkan apa yang terjadi di kelas jika guru tidak mengetahui jawaban yang tepat dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis tersebut.
Era saat ini serba digital. Informasi apa saja bisa di peroleh di belahan dunia manapun dalam hitungan detik sekalipun. Jika guru tidak peka maka anak-anak bisa mengakses informasi yang tidak mendidik untuknya. Inilah peran guru dalam memberi pengawasan peserta didiknya. Ketika zaman terus berubah tentunya kita tidak ingin tergilas di dalamnya. Pesannya pada saat pelatihan berlangsung.
Selama tiga hari para guru di bekali dengan materi belajar menggunakan alat peraga yang dapat merangsang anak untuk lebih cepat mengingat materi belajar yang telah di berikan oleh guru. Selanjutnya para guru diajak untuk kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Tidak melulu pada penjelasan teori di muka kelas serta memerintahkan anak untuk menghafal pelajaran sekolah. Efek dari murid menghafal adalah lupa. Hal ini akibat efektifitas otak kiri dan kanan tidak berjalan seimbang. Jadi banyak hal yang perlu dirangsang sehingga anak bisa menyerap semua pelajaran yang di berikan oleh guru. Semua murid berpotensi untuk bisa pintar. Perhatikan dengan jeli bakat dan kebiasaan yang ada pada murid. Melakukan pendekatan baik secara personal maupun universal akan sangat membantu anak dalam membangun percaya dirinya di kelas. (Noni)
Banda Aceh, 13 April 2009 ( POTRET).
Sekolah itu penting. Namun, apakah kita yakin bahwa hanya dengan sekolah anak kita akan cukup pintar menyerap berbagai mata pelajaran yang di berikan oleh guru-gurunya di sekolah? Atau pernahkah kita ketahui apa pentingnya mata pelajaran yang di berikan oleh guru di sekolah dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari? Atau pernahkah kita bertanya untuk apa anak kita belajar matematika, biologi, kimia, bahasa, sejarah dan sebagainya?.Tentunya semua orang tua akan berfikir praktis ekonomis saja. Jika anaknya masuk sekolah dan pintar, dia akan bisa bekerja untuk mencari uang sendiri.
Tetapi, nyatanya di Indonesia masih banyak anak yang tamat sekolah, masih belum bisa Matematika, Bahasa Inggris atau bahkan lupa dengan apa yang diperolehnya di sekolah. Hal itu disampaikan oleh Nina Feyruzi yang menjadi fasilitator dalam Training Teaching Methodologies yang diadakan oleh Center for Community Development and Education ( CCDE) bekerja sama dengan Terre de hommes di Banda Aceh, 13-15 April 2009. Acara ini di ikuti oleh guru yang berasal dari beberapa sekolah yang ada di Banda aceh dan Aceh Besar.
Ia menambahkan zaman saat ini murid kita tidak hanya belajar di sekolah. Banyak hal sudah mereka dapatkan melalui alat canggih yang kita sebut internet. Dan terkadang apa yang kita tidak ketahui mereka sudah duluan mengetahuinya. Semua jenis mata pelajaran bisa mereka peroleh melalui media internet, tanpa harus bersusah payah menyerap apa yang disampaikan oleh guru di sekolah. Hati-hati sebagai guru jika tidak bisa internet, ketinggalan informasi sama muridnya. Pernah ada kasus murid yang mengerjai guru dengan melontar pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah mereka ketahui melalui internet. Lalu dapat terbayangkan apa yang terjadi di kelas jika guru tidak mengetahui jawaban yang tepat dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis tersebut.
Era saat ini serba digital. Informasi apa saja bisa di peroleh di belahan dunia manapun dalam hitungan detik sekalipun. Jika guru tidak peka maka anak-anak bisa mengakses informasi yang tidak mendidik untuknya. Inilah peran guru dalam memberi pengawasan peserta didiknya. Ketika zaman terus berubah tentunya kita tidak ingin tergilas di dalamnya. Pesannya pada saat pelatihan berlangsung.
Selama tiga hari para guru di bekali dengan materi belajar menggunakan alat peraga yang dapat merangsang anak untuk lebih cepat mengingat materi belajar yang telah di berikan oleh guru. Selanjutnya para guru diajak untuk kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Tidak melulu pada penjelasan teori di muka kelas serta memerintahkan anak untuk menghafal pelajaran sekolah. Efek dari murid menghafal adalah lupa. Hal ini akibat efektifitas otak kiri dan kanan tidak berjalan seimbang. Jadi banyak hal yang perlu dirangsang sehingga anak bisa menyerap semua pelajaran yang di berikan oleh guru. Semua murid berpotensi untuk bisa pintar. Perhatikan dengan jeli bakat dan kebiasaan yang ada pada murid. Melakukan pendekatan baik secara personal maupun universal akan sangat membantu anak dalam membangun percaya dirinya di kelas. (Noni)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar