Minggu, 21 Juni 2009
Membangun Budaya menulis di kalangan Perempuan Aceh
Hingga hari ini, masih sangat sedikit perempuan yang melakukan aktivitas menulis di media massa. Kalaupun ada, jumlahnya masih sangat sedikit. Mungkin masih bisa menggunakan jari tanggan untuk menghitungnya. Bila anda tidak percaya, cobalah kumpulkan satu surat kabar saja yang ada di daerah di mana anda bersomisili. Kumpulkan selama satu bulan saja. lalu, coba cari tulisan-tulisan para perempuan. Kumpulkan dan coba hitung, berapa jumlahnya? Pasti sangat sedikit bukan?
Kenyataan ini, walau tidak dilakukan penelitian secara mendalam, dapat kita jadikan sebagai sebuah indikasi rendahnya aktivitas perempuan menulis atau memanfaatkan media massa seperti surat kabar dan majalah sebagai media komunikasi dan media pembelajaran. Ini juga sebagai sebuah rekaman yang bercerita tentang rendahnya minat, kemampuan perempuan untuk menulis. Padahal, bila kita mau menghitung untung, menulis membawa banyak keuntungan bagi para perempuan. Misalnya, menulis membuat orang membaca. Menulis bisa mengobati hati yang luka atau yang sedang mengalami stress. Menulis bisa membuar sesorang atau penulisnya terkenal. Bahkan menulis bisa mendatangkan rezeki dengan mudah. Anda tidak percaya?
Bagus. Kalau anda tidak percaya. Bearti anda perlu bukti. Untuk membuktikan hal itu, anda bisa tempuh berbagai cara. Misalnya, dengan bertanya-tanya kepada orang-orang yang sudah sering menulis di media massa. Yang paling mudah adalah kalau anda bertanya pada diri sendiri. Makanya, coba saja menulis dan kirimkan ke media massa. pasti akan terbukti.
Realitas rendahnya minat dan aktivitas menulis di media massa, sebenarnya disebabkan oleh banyak faktor. Paling kurang ada dua faktir utama. Pertama faktor interen yakni faktor yang datang dari dalam diri perempuan itu sendiri, seperti rendahnya kemauan untuk belajar. Sikap malas, juga menjadi penyebabnya. Sementara faktor eksternal, bisa dilatarbelakangi oleh dampaktindakan diskriminasi yang dialami oleh perempuan dalam menjalani hidup mereka. Diskiriminasi itu mengakar terhadap perempuan dalam berbagai sektor publik, baik pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Budaya yang mengikungkung perempuan di ranah domestik, misalnya hingga saat ini membuat perempuan menjadi tidak berdaya.
Berangkat dari persoalan dan realitas itu, Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh sebagai sebuah NGO lokal di Aceh, terpanggil untuk membangun budaya menulis di kalangan perempuan Aceh. Maka, sejak tahun 2003, CCDE memulai mimpinya dengan melatih 25 orang perempuan dari 4 kabupaten di Aceh dengan ketrampilan menulis.
Berawal dari aktivitas ini, kemudian CCDE menyediakan media pembelajaran menulis bagi perempuan Aceh, saat itu mulai menerbitkan sebuah media yang diberi nama POTRET.Penebitan pertama ini dibiayai oleh WDP Germany. Terbitan awal ini masih dalam bentuk newsletter hingga beberepa edisi. Namun, pada 26 December 2004, bencana tsunami melanda Aceh. Saat itu, kantor CCDE yang terletak di Jalan Malahayati km 8.5, Kajhu, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar. Semua kegiatan terhenti. Barulah pada bulan Maret 2005, CCDE memulai kemabli aktivitasnya secara bertahap.
Kehancuran yang dialami oleh CCDE saat itu, memang angat berat. Namun niat untuk membangun budaya menulis di kalangan perempuan tidaklah pudar. Oleh sebab itu, pada akhir tahun 2006, CCDE kembali menerbitkan POTRET, media perempuan Aceh. terbitan pertama pasca tsunami dicetak sebanyak 1000 eksemplar dengan jumlah halaman sebanyak 48 halaman dalam konsep journal, karena mengangkat berdasarkan isu. Lalu, secara bertahap, POTRET terus ditingkatkan dalam penampilan, isi dan juga strategi pengembangan lainnya. Kini POTRET dicetak sebanyak 4000 eksemplar dengan 72 halaman terdiri dari 20 halaman warna.
Majalah ini kini beredar hampir ke seluruh pelosok Aceh dan juga di luar Aceh. Ada yang membeli langsung secara eceran ada pula yang membeli secara berlangganan. Bukan hanya itu, POTRET sekarang juga dibantu oleh banyak pihak yang memasang iklan di POTRET.
Upaya membangun budaya menulis di kalangan petempuan tidak hanya cukup denga hanya satu kali pelatihan, tetapi harus dimodifikasi dengan berbagai upaya lain. Hingga awal Juni 2009, CCDE sudah melatih sekitar 500 perempuan dengan ketrampilan menulis dasar, menulis opini, menulis feature, cerpen dan berita.
Pelatihan menulis yang saat ini dilakukan bukan saja untuk para perempuan, tetapi juga remaja, anak dan guru-guru di Aceh Besar dan Banda Aceh. Mereka dimotivasi menulis tentang pengalaman dan isu yang sedang terjadi di sekitar kehidupan mereka.Untuk menampung tulisan tersebut, tulisan mereka ditampung di majalah POTRET yang diterbitkan setiap bulan.
Semua kegiatan ini terselenggara atas kerjasama yang baik, antara CCDE dengan WDP Germany, Hivos The Netherlands, The Samdhana, Oxfam GB, Terre des hommes germany dan International Youths Foundation (IYF) Baltimore, USA.
Impian membangun budaya menulis di kalangan perempuan Aceh, masih belum selesai. Masih diperlukan upaya ekstra dan kerja keras serta dukungan dana. CCDE membuka pintu untuk kerja sama dengan semua pihak yang setara. ( Tabrani Yunis)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar