Minggu, 21 Juni 2009

Tulisan Para Perempuan

Cinta Segudang Janji

Oleh  Husaimah

Kelompok Perempuan Usaha Kecil ( KPUK) Bungong Mancang  Aceh Utara

 

Rusmani, biasa dipanggil oleh teman serta kerabatnya dengan sebutan Ani. Ia menikah ketika usia masih belasan. Sebab, ketika menikah, saat itu Ani berusia enam belas tahun. Ani hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang kelas IV P.G.P dan tidak selesai, karena saat itu dipinang oleh enam laki-laki. Ani tidak tertarik dengan pinangan itu, apalagi Ani memang tidak pernah pacaran.

 

Pada tahun yang sama, Ani didatangi lagi oleh seorang lelaki yang berasal dari Aceh Timur. Tanpa disadari, dengan rayuan dan bujukan sang pemuda, Ani tertarik dengan pemuda itu. Ani termakan segudang janji. Apalagi saat itu Ani diberikan sehelai sapu tangan yang sangat menarik. Ani pun tak kuasa menolaknya dan  mulai pacaran hingga lima bulan lamanya.

 

Bulan ke enam, pemuda itu mendatangi Ani ketika Ani mengambil jahitan baju sekolah. Ani diajak makan siang di sebuah warung. Saat itu pemuda itu menyampaikan maksud hatinya untuk bertemu dengan orang tua Ani. Pemuda itu ingin melamar Ani. Namun Ani menolak karena Ani belum mau menikah. Ia ingi melanjutkan sekolah hingga selesai. Pemuda itu merasa sedih dan menangis tersedu-sedu. Ani tidak tahan melihat kesedihan pemuda itu. Di hatinya muncul rasa kasihan dan akhirnya Ani menuruti keinginan sang pemuda.

 

Sepulang Ani ke rumah, ia menceritakan semuanya pada orang tuanya.  Orang tuanya sangat marah dan menentang keputusan Ani. Mereka menginginkan supaya Ani menyelesaikan sekolah dulu. Mereka ingin Ani lulus dan menggapai cita-cita dulu. Ani saat itu menjadi bingung. Namun ia berusaha untuk menyampaikan sikap kedua oran tuanya kepada sang pemuda. Sayang, tanggapannya sangat tidak mengenakkan. Dia marah dan mengatakan akan mengguna-gunai Ani agar Ani sakit dan orang tua Ani pusing untuk mengobatinya. Ani harus tunduk  dan patuh padanya. Ani merasa sangat ketakutan. Ia tidak berani mengatakan pada orang tuanya. Akibanya,   semua nasihat orang tuanya sirna dan Ani berhenti sekolah, lalu  segera ingin menikah.

 

Wajar saja, kalau begitu mendengar keputusan Ani, kedua orang tuanya shock berat. Namun mereka mempertibangkan keputusan Ani. Akhirnya setuju menerima lamaran sipemuda itu, tetapi dengan syarat orang tuanya minta Ani tunangan dulu sampai   selesai sekolah.  Dia dan orang tuanya setuju dengan persyaratan yang diajukan orang tua Ani.

 

Hmm, setelah dua bulan mereka bertunangan, sang pemuda datang menemui Ani. Betap terperanjatnya Ani, pemuda itu mengajak Ani menikah.  Sedangkan perjanjian dulu waktu yang diajukan orang Ani sampai waktu tamat sekolah. Anehnya, dia tidak mau tahu dan Ani pun diancam. Karena ketakutan, Ani pun menerima tawaranya. Akhirnya Ani kembali harus bersitegang dengan orang tuanya. Ani  memaksa mereka menikahkannya. Ani memaksa orang tuanya agar besoknya ia harus menikah, apapun yang terjadi.  Entah mengapa Ani menuruti semua yang  katakan sang pemuda.

Dengan linangan air mata orang tua Anipun mengangguk dan keesokan harinya orang tua Ani langsung ke KUA untuk mendaftar nikah. Tidak berapa lama Ani pun menikah dengannya. Saat itu Ani meminta agar dia tidak pulang dulu ke rumah Ani, walaupun sudah menikah. Karena orang tuanya mengizinkannya  menikah, tetapi dengan sangat berat hati.

 

Tiga bulan setengah suaminya tidak pulang ke rumah. Kedua orang tuanya bertanya kemana suaminya?  Mengapa tidak pulang-pulang?  Kalian sudah sah jadi suami istri. Begitu tutur ayah Ani. Orangnya sudah memberikan restu untuk mereka. Setelah itu Ani pun berkumpul dengan suaminya.

 

 

Sekian lama Ani  mengarugi rumah tangga, ia  dikaruniai  anak. Namun biduk rumah tangga Ani bagai tenggelam.  Suaminya mulai berubah sikap. Tanpa diketuahui Ani, suaminya menikah dengan perempuan lain. Betapa hancurnya hati Ani. Ia telah mengorbankan sekolah dan cita-citanya karena rayuan sang lelaki yang kini memadukannya. Siapakah yang mau dimadu?  Namun, apa daya. Apa yang hendak dikata? Seperti kata pepatah, nasi sudah jadi bubur tidak mungkin lagi menjadi beras. Penyesalan di benak Ani kini juga sudah tidak bisa diobati. Hasrat  ingin jadi orang yang berguna, malah terdampar sebagai orang yang terhina setelah berumah tangga.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar